Judul
|
Cognitive
Behavior Therapy (CBT) Untuk Mengatasi Gangguan Obsesif Kompulsif
|
Jurnal
|
Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan
|
Volume & Halaman
|
Vol. 01, No. 01
|
Tahun
|
2013
|
Penulis
|
Cahyaning Suryaningrum
|
Reviewer
|
Noer Keila Tial Lovelya (16513482)
|
Tanggal
|
20 Mei 2017
|
Tujuan Penelitian
|
Untuk melihat apakah Cognitive
Behavior Therapy (CBT) efektif untuk mengatasi gangguan obsesif-kompulsif,
|
Subjek Penelitian
|
Subyek dalam penelitian ini adalah seorang
mahasiswa yang memiliki ciri-ciri atau simtom gangguan obsesif-kompulsif
berusia 20 tahun, berjenis kelamin perempuan, dan telah mengalami OCD selama
5 tahun.
|
Metode Penelitian
|
Elemen desain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah ABA design, di mana A adalah fase sebelum terapi,
B adalah fase terapi atau intervensi yang kemudian dilanjutkan dengan fase
tindak lanjut A (Kazdin, 1998). Metode asesmen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara, observasi, self report dan kuesioner.
|
Definisi Operasional Variabel Dependen
|
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Cognitive
Behavior Therapy
Mendasarkan pada perspektif kognitif
dan perilaku, teknik yang umumnya diterapkan untuk mengatasi gangguan
obsesif-kompulsif adalah exposure with response prevention (Abel, dalam
Holmes, 1997). Klien dihadapkan pada situasi dimana ia memiliki keyakinan
bahwa ia harus melakukan tingkah laku ritual yang biasa dilakukannya namun
mereka cegah untuk tidak melakukan ritual itu. Jika klien dapat mencegah
untuk tidak melakukan ritual tersebut dan ternyata sesuatu yang mengerikannya
tidak terjadi, hal ini dapat membantu dalam mengubah keyakinan individu akan
tingkah laku ritual. Teknik exposure with response prevention dalam penerapannya
biasanya disertai dengan restrukturisasi kognitif, latihan relaksasi dan
modeling (Hoeksema, 2003). Oleh karena itu, teknik CBT yang akan diterapkan
dalam penelitian ini adalah latihan relaksasi, restrukturisasi kognitif,
modeling dan exposure with response prevention.
|
Kelebihan Terapi CBT
|
Kelebihan dari CBT adalah dapat
mengukur interpersonal dan kemampuan sosial individu, membangun keterampilan
sosial individu, keterampilan komunikasi atau bersosialisasi, pelatihan
ketelitian, keterampilan resolusi konflik dan manajemenagresi, serta tidak
berfokus pada satu sisi saja (tidak hanya perilaku) tetapi juga dalam
kognitif individu.
|
Kelemahan Terapi CBT
|
Kelemahannya adalah hanya
mengukur dan mengetahui kondisi pada saat dilakukan penelitian, serta
membutuhkan waktu yang relatif lama.
|
Langkah-langkah Penelitian
|
Pertama, latihan relaksasi, berupa
relaksasi otot progresif (Soewondo, 2003) untuk belajar menegangkan dan
mengendurkan bermacam-macam kelompok otot serta belajar memperhatikan
perbedaan antara rasa tegang dan rileks. Kedua, restrukturisasi kognitif,
prosedur terapi untuk mengurangi tingkat kecemasan subyek yang disebabkan
oleh pemikiran-pemikiran negatif dan menggantikannya dengan
pemikiran-pemikiran yang lebih positif, dan. Ketiga, Exposure with response
prevention (Abel, dalam Holmes, 1997), untuk mengatasi gangguan
obsesif-kompulsif. Subyek dihadapkan pada situasi dimana ia memiliki
keyakinan bahwa ia harus melakukan tingkah laku ritual yang biasa
dilakukannya (bila tidak akan menimbulkan “bahaya”) namun mereka dicegah
untuk tidak melakukan ritual itu. Jika Subyek dapat mencegah untuk tidak
melakukan ritual tersebut dan ternyata sesuatu yang mengerikannya tidak
terjadi, hal ini dapat membantu dalam mengubah keyakinan individu akan
tingkah laku ritual tadi.
Penilaian dan pengukuran dilakukan
sebelum treatmen (pra terapi), selama terapi berlangsung, segera setelah
keseluruhan terapi selesai diberikan (pasca terapi), dan terakhir pada tahap
tindak lanjut (setelah terapi dihentikan).
|
Hasil Penelitian
|
Setelah terapi selama 1,5 bulan
intensif (9 sesi) mulai dari berlatih relaksasi, restrukturisasi kognitif
hingga melakukan exposure selama delapan hari berturut-turut, di awal
exposure ke-1 subyek masih memiliki pemikiran yang obsesif, namun semakin
hari pemikiran yang lebih rasional dapat dimunculkan subyek untuk
menggantikan pemikiran yang obsesif itu. Hanya saja, pada aktivitas mencuci
baju subyek masih membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat memunculkan
pemikiran yang lebih rasional. Hal ini dapat dipahami mengingat aktivitas
mencuci baju yang kompulsif ini paling lama diderita oleh subyek dengan
derajat simtom yang lebih berat dibanding aktivitas lainnya.
Setelah exposure selama delapan hari
berturut-turut, hasil menunjukkan bahwa perilaku kompulsif subyek cenderung
menurun. Hal ini berarti bahwa terapi yang diterapkan pada subyek dapat
mengurangi frekuensi perilaku kompulsifnya dari hari ke hari.
Secara keseluruhan, dengan melihat
perubahan yang terjadi pada subyek dalam beberap sesi, yaitu perubahan
pemikiran obsesif yang semula irasional menjadi lebih rasional, adanya
penurunan ketegangan dan penurunan perilaku kompulasif yang terjadi pada
subyek dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya Cognitive Behavior Theraphy
(CBT) dengan teknik relaksasi, restrukturisasi kognitif dan exposure with
respon prevention efektif untuk mengatasi gangguan obsesif-kompulsif.
|
Kelebihan Penelitian
|
Kekuatan penelitian ini adalah
alat yang digunakan dalam penelitian berupa wawancara serta observasi yang
cukup signifikan sehingga penelitian yang dilakukan valid dan reliabel serta
subjek yang kooperatif dalam melakukan terapi juga dapat mendukung penelitian
tersebut.
|
Kelemahan Penelitian
|
Keterbatasan
penelitian ini adalah waktu terapi (sesi) yang kurang panjang dalam arti
terapi sudah dihentikan sebelum perubahan yang signifikan terjadi dan tidak
dilakukannya masa tindak lanjut untuk memantau perubahan subyek dikarenakan
keterbatasan waktu penelitian.
|
No comments:
Post a Comment