Wednesday, March 25, 2015

Perkembangan Kesehatan Mental (Tugas 1)

Sejarah perkembangan kesehatan mental pertama kali itu pada jaman nenek moyang yang mengalami gangguan mental seperti halnya homo sapiens sendiri . Mereka mengalami kecelakaan dan demam yang merusak mental . Jadilah manusia yang dengan rasa putus asa selalu berusaha buat menjelaskan tentang penyakit mental . Dengan kesehatan mental ini kita dapat bandingkan dengan mata uang yang mempunyai dua sisi yang di sisi satunya sakit dan yang di sisi satunya lagi baik . Di sisi ini dapat dilihat kemungkinan di kedua sisi itu kira kira 50:50 .

Perlu diketahui disini sejarah tercatat melaporkan berbagai macam interpretasi mengenai penyakit mental dan cara menghilangkannya. Hal ini disebabkan oleh dua alasan , yaitu 
(1) Sifat dari masalah yang disebabkan oleh tingkah laku abnormal membuatnya menjadi merasa ketakutan. (2) Perkembangan semua ilmu pengetahuan begitu lambat , dan banyak kemajuan yang sangat penting. 

Pada masa awal awal orang yang sakit mental dapat dipahami secara seluruh sering diperlakukan dengan kurang baik. Di jaman prasejarah pun manusia purba sering kali mengalami gangguan mental baik fisik maupun gangguan gangguan yang baik. Di jaman prasejarah ini juga terdapat perawatan-perawatan untuk penyakit gangguan mental yaitu : menggosok,menjilat,mengisap dan memotong.

Sejarah kesehatan mental tidaklah sejelas sejarah ilmu kedokteran. Ini terutama karna masalah mental bukan merupakan masalah fisik yang dengan mudah dapat diamati dan terlihat. Hal ini lebih karna mereka sehari-hari hidup bersama sehingga tingkah laku yang mengindikasikan gangguan mental dianggap hal yang biasa bukan lagi sebagai gangguan.

Gangguan Mental Tidak Dianggap Sebagai Sakit
Pada tahun 1600 dan sebelumnya , orang yang mengalami gangguan mental dengan cara memanggil kekuatan supranatural dan menjalani ritual penebusan dan penyucian. Pandangan terhadap masyarakat ini menganggap bahwa orang yang mengalami gangguan mental adalah karna mereka dimasuki oleh roh-roh yang ada disekitarnya.

Sejarah kesehatan mental merupakan cerminan dimana pandangan masyarakat terhadap gangguan mental dan perlakuan yang diberikan. Ada beberapa pandangan masyarakat terhadap gangguan mental di dunia Barat antara lain :

  • Akibat kekuatan supranatural
  • Dirasuk oleh roh atau setan
  • Dianggap kriminal karna memiliki derajad kebinatangan yang lebih besar
  • Dianggap sakit

Tahun 1692 mendapatkan suatu pengaruh para imigran dari Eropa yang beragama Nasrani, di Amerika orang yang bergangguan mental saat itu sering dianggap terkena shir atau guna-guna. Ini merupakan penjelasan yang diterima secara umum sehingga masyarakat takut dan membenci mereka yang dianggap memiliki kekuatan sihir.

Gangguan Mental Dianggap Sebagai Sakit
Tahun 1724 pendeta Cotton Mather (1663-1728) mematahkan takhayul yang hidup di masyarakat berkaitan dengan sakit jiwa dengan memajukan penjelasan secara fisik mengenai sakit jiwa itu sendiri.

Tahun 1812 , Benjamin Rush (1745-1813) menjadi salah satu yang menangani masalah penanganan secara mental. Antara tahun 1830-1860 di Inggris timbul menangani pasien sakit jiwa. Pada masa ini tumbuh penanganan dirumah sakit jiwa merupakan hal ilmiah untuk menyembuhkan kegilaan.  

Melawan Diskriminasi Terhadap Gangguan Mental
Dunia medis memberikan pandangan tersendiri terhadap pemahaman mengenai gangguan mental. Dunia medis memandang penderita gangguan mental sebagai betul mengalami sakit. Dunia medis melihat sakit mental sebagai berakar dari sakit ketubuhan terutama otak.

Ilmu perilaku yang semakin berkembang juga memberikan pemahaman tersendiri mengenai gangguan mental. Berdasarkan pandangan ini penderita gangguan mental dimaknai sebagai ketidakmampuan mereka untuk melakukan penyesuaian diri yang sesuai dengan realitanya. 


Konsep Sehat dilihat dari 5 Dimensi

1.      Dimensi Emosional
Menurut Goleman emosional merupakan hasil campur dari rasa takut, gelisah, marah, sedih dan senang.
2.      Dimensi Intelektual
Memecahkan masalah dengan pikiran yang tenang, yang dapat memecahkan masalah tersebut.
3.      Dimensi Fisik
Suatu kondisi tubuh yang di haruskan dengan kondisi tubuh sehat.
4.      Dimensi Sosial
Seseorang dapat melakukan perannya dalam lingkup yang lebih besar dan dapat berinteraksi dengan baik.
5.      Dimensi Spiritual
Spiritual merupakan kehidupan kerohanian. Dengan menyerahkan diri dengan bersujud dengan kepercayaan agama masing-masing.


Daftar Pustaka :
Yustinus Semiun. OFM. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta : Kanisius 
Siswanto. S. Psi. Msi. 2007. Kesehatan Mental,Konsep,Cakupan dan Perkembangan. Yogyakarta : Andi.

Dra. Siti Sundari HS. M.Pd, 2005. Kesehatan Mental. Jakarta: Rineka Cipta.
Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius

Tuesday, March 17, 2015

Analisis Kasus Berdasarkan Aliran Psikologi (Tugas 2)


Psikoanalisa
A.  Contoh Kasus

Seorang anak berinisial A mengalami suatu depresi (murung dan menarik diri) oleh penolakan terhadap peristiwa meninggal ayahnya, karena dia tidak bisa mengarahkannya kepada orang lain sehingga si-A mengarahkan rasa bersalah itu kepada dirinya sendiri.

B.   Analisa
Freud memandang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik,  mekanistik, dan reduksionistik. Dimana manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah. Freud menekankan peran naluri-naluri yang bersifat bawaan dan biologis, ia juga menekankan pada naluri seksual dan impuls-impuls agresif. Berdasarkan ilustrasi kasus, depresi (murung dan menarik diri) yang dialami konseli merupakan tindakan mekanisme pertahanan ego, karena adanya ketidak seimbangan antara id, ego dan superego, yaitu dengan melakukan represi dan penolakan terhadap peristiwa meninggal ayahnya, karena dia tidak bisa mengarahkannya kepada orang lain sehingga konseli mengarahkan rasa bersalah itu kepada dirinya sendiri.

Konselor melakukan esesmen dengan mengidentifikasi konflik-konflik bawah sadar dari konseli, meliputi: Persepsi konseli terhadap dirinya, hubungan interpersonalnya, dorongan dan dinamika psikologis yang dialami, serta bagaimana konseli mengkontrol emosinya.

C.  Teori

          Psikoanalisa merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Psikoanalisa jelas terkait dengan tradisi jerman yang menyatakan bahwa pikiran adalah entitas yang aktif, dinamis dan bergerak dengan sendirinya. Selain itu, psikoanalisis tidak lahir dari penelitian akademis, sebagaimana sistem-sistem lain, namun merupakan produk konsekuensi terapan praktik klinis. Penyusunan obeservasi yang dilakukan freud bertujuan untuk menyusun berbagai pendekatan-pendekatan terapi yang sangat dibutuhkan. Formulasi-formulasi inilah yang diperluas ke teori psikodinamika perkembangan kepribadian yang bergantung pada pengurangan ketegangan.
                  Psikoanalisis merupakan psikologi ketidaksadaran. Perhatiannya teruju kearah bidang motivasi, emosi, konflik, simpton-simpton neurotik, mimpi-mimpi, dan sifat-sifat karakter. Psikoanalisis dahulu lahir bukan dari psikologi melainkan dari kedokteran, yakni kedokteran bidang sakit jiwa. Tokoh utama psikoanalisa ialah Sigmund Freud. Pada mulanya Freud mengembangkan teorinya tentang struktur kepribadian dan sebab-sebab gangguan jiwa. Manusia pada hakekatnya bersifat biologis, dilahirkan dengan dorongan-dorongan instingtif, dan perilaku merupakan fungsi mereaksi secara mendalam terhadap dorongan-dorongan tersebut. Manusia bersifat tidak rasional, tidak sosial, dan destruktif terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Konsep Freud yang anti rasionalisme menekankan motivasi tidak sadar, konflik, dan simbolisme sebagai konsep primer. Manusia pada hakekatnya bersifat biologis, dilahirkan dengan dorongan-dorongan instingtif, dan perilaku merupakan fungsi mereaksi secara mendalan terhadap dorongan-dorongan itu. Manusia bersifat tidak rasional dan tidak sosial, dan destruktif terhadap dirinya dan orang lain. Energi psikis yang paling dasar disebut libido yang bersumber dari dorongan seksual yang terarah kepada pencapaian kesenangan.


Ø Pokok teori
  Dalam hal ini Freud menggambarkan kepribadian manusia melalui konsep terstruktur mental(psyche) dan struktur kepribadian.
a.      Struktur mental
Struktur mental terdiri atas 3 tingkat kesadaran, yakni
1)            Kesadaran, menunjuk pada apa yang sedang kita persepsi(rasakan, pikirkan dan amati). Atau dengan kata lain kesadadran itu merupakan suatu komponen superego yang berisikan perilaku-perilaku yang mendapatkan hukuman. Misalnya, ketika kita merasakan adanya sensasi kontraksi dalam perut kita, kita mengatakan,” wah saya lapar nih !” jadi apa yang kita rasakan itu merupakan bentuk kesadaran kita.
2)            Ambang sadar, berisikan ingatan-ingatan tentang peristiwa-peristiwa masa lampau yang siap masuk ke dalam kesadaran sewaktu-waktu diperlukan. Misalnya jika seseorang bertanya kepada kita tentang nomer telepon rumah atau telepon seluler kita, hanya demgan sedikit upaya kita akan segera mampu untuk mengingat dan kemudian menjawab pertanyaan tersebut. Itu karena ingatan kita tentang nomer telepon kita berada diambang sadar.
3)            Ketidaksadaran, ditamsilkan sebagai suatu gudang dan imej-imej yang tak dapat diterima(ditolak oleh norma atau kode moral tertentu), peristiwa masa lampau, impuls-impuls dan keinginan-keinginan yang tidak kita sadari. Atau dengan kata lain ketidaksadaran itu merupakan aspek psikis( mental) yang menyimpan dorongan-dorongan yang tidak terpenuhi dan menjadi kompleks terdesak.






DAFTAR PUSTAKA


·         Darminto Eko, 2007, Teori-Teori Konseling, Unesa University Press, Surabaya.
·         Alwisol, 2009, Psikologi Kepribadian, UMM Press, Malang

Analisis Kasus Berdasarkan Aliran Psikologi


Psikoanalisa
A.  Contoh Kasus

Seorang anak berinisial A mengalami suatu depresi (murung dan menarik diri) oleh penolakan terhadap peristiwa meninggal ayahnya, karena dia tidak bisa mengarahkannya kepada orang lain sehingga si-A mengarahkan rasa bersalah itu kepada dirinya sendiri.

B.   Analisa
Freud memandang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik,  mekanistik, dan reduksionistik. Dimana manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah. Freud menekankan peran naluri-naluri yang bersifat bawaan dan biologis, ia juga menekankan pada naluri seksual dan impuls-impuls agresif. Berdasarkan ilustrasi kasus, depresi (murung dan menarik diri) yang dialami konseli merupakan tindakan mekanisme pertahanan ego, karena adanya ketidak seimbangan antara id, ego dan superego, yaitu dengan melakukan represi dan penolakan terhadap peristiwa meninggal ayahnya, karena dia tidak bisa mengarahkannya kepada orang lain sehingga konseli mengarahkan rasa bersalah itu kepada dirinya sendiri.

Konselor melakukan esesmen dengan mengidentifikasi konflik-konflik bawah sadar dari konseli, meliputi: Persepsi konseli terhadap dirinya, hubungan interpersonalnya, dorongan dan dinamika psikologis yang dialami, serta bagaimana konseli mengkontrol emosinya.

C.  Teori

          Psikoanalisa merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Psikoanalisa jelas terkait dengan tradisi jerman yang menyatakan bahwa pikiran adalah entitas yang aktif, dinamis dan bergerak dengan sendirinya. Selain itu, psikoanalisis tidak lahir dari penelitian akademis, sebagaimana sistem-sistem lain, namun merupakan produk konsekuensi terapan praktik klinis. Penyusunan obeservasi yang dilakukan freud bertujuan untuk menyusun berbagai pendekatan-pendekatan terapi yang sangat dibutuhkan. Formulasi-formulasi inilah yang diperluas ke teori psikodinamika perkembangan kepribadian yang bergantung pada pengurangan ketegangan.
                  Psikoanalisis merupakan psikologi ketidaksadaran. Perhatiannya teruju kearah bidang motivasi, emosi, konflik, simpton-simpton neurotik, mimpi-mimpi, dan sifat-sifat karakter. Psikoanalisis dahulu lahir bukan dari psikologi melainkan dari kedokteran, yakni kedokteran bidang sakit jiwa. Tokoh utama psikoanalisa ialah Sigmund Freud. Pada mulanya Freud mengembangkan teorinya tentang struktur kepribadian dan sebab-sebab gangguan jiwa. Manusia pada hakekatnya bersifat biologis, dilahirkan dengan dorongan-dorongan instingtif, dan perilaku merupakan fungsi mereaksi secara mendalam terhadap dorongan-dorongan tersebut. Manusia bersifat tidak rasional, tidak sosial, dan destruktif terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Konsep Freud yang anti rasionalisme menekankan motivasi tidak sadar, konflik, dan simbolisme sebagai konsep primer. Manusia pada hakekatnya bersifat biologis, dilahirkan dengan dorongan-dorongan instingtif, dan perilaku merupakan fungsi mereaksi secara mendalan terhadap dorongan-dorongan itu. Manusia bersifat tidak rasional dan tidak sosial, dan destruktif terhadap dirinya dan orang lain. Energi psikis yang paling dasar disebut libido yang bersumber dari dorongan seksual yang terarah kepada pencapaian kesenangan.


Ø Pokok teori
  Dalam hal ini Freud menggambarkan kepribadian manusia melalui konsep terstruktur mental(psyche) dan struktur kepribadian.
a.      Struktur mental
Struktur mental terdiri atas 3 tingkat kesadaran, yakni
1)            Kesadaran, menunjuk pada apa yang sedang kita persepsi(rasakan, pikirkan dan amati). Atau dengan kata lain kesadadran itu merupakan suatu komponen superego yang berisikan perilaku-perilaku yang mendapatkan hukuman. Misalnya, ketika kita merasakan adanya sensasi kontraksi dalam perut kita, kita mengatakan,” wah saya lapar nih !” jadi apa yang kita rasakan itu merupakan bentuk kesadaran kita.
2)            Ambang sadar, berisikan ingatan-ingatan tentang peristiwa-peristiwa masa lampau yang siap masuk ke dalam kesadaran sewaktu-waktu diperlukan. Misalnya jika seseorang bertanya kepada kita tentang nomer telepon rumah atau telepon seluler kita, hanya demgan sedikit upaya kita akan segera mampu untuk mengingat dan kemudian menjawab pertanyaan tersebut. Itu karena ingatan kita tentang nomer telepon kita berada diambang sadar.
3)            Ketidaksadaran, ditamsilkan sebagai suatu gudang dan imej-imej yang tak dapat diterima(ditolak oleh norma atau kode moral tertentu), peristiwa masa lampau, impuls-impuls dan keinginan-keinginan yang tidak kita sadari. Atau dengan kata lain ketidaksadaran itu merupakan aspek psikis( mental) yang menyimpan dorongan-dorongan yang tidak terpenuhi dan menjadi kompleks terdesak.






DAFTAR PUSTAKA


·         Darminto Eko, 2007, Teori-Teori Konseling, Unesa University Press, Surabaya.
·         Alwisol, 2009, Psikologi Kepribadian, UMM Press, Malang

Analisis Kasus Berdasarkan Aliran Psikologi



A.  Contoh Kasus

Seorang anak berinisial A mengalami suatu depresi (murung dan menarik diri) oleh penolakan terhadap peristiwa meninggal ayahnya, karena dia tidak bisa mengarahkannya kepada orang lain sehingga si-A mengarahkan rasa bersalah itu kepada dirinya sendiri.

B.   Analisa
Freud memandang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik,  mekanistik, dan reduksionistik. Dimana manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah. Freud menekankan peran naluri-naluri yang bersifat bawaan dan biologis, ia juga menekankan pada naluri seksual dan impuls-impuls agresif. Berdasarkan ilustrasi kasus, depresi (murung dan menarik diri) yang dialami konseli merupakan tindakan mekanisme pertahanan ego, karena adanya ketidak seimbangan antara id, ego dan superego, yaitu dengan melakukan represi dan penolakan terhadap peristiwa meninggal ayahnya, karena dia tidak bisa mengarahkannya kepada orang lain sehingga konseli mengarahkan rasa bersalah itu kepada dirinya sendiri.

Konselor melakukan esesmen dengan mengidentifikasi konflik-konflik bawah sadar dari konseli, meliputi: Persepsi konseli terhadap dirinya, hubungan interpersonalnya, dorongan dan dinamika psikologis yang dialami, serta bagaimana konseli mengkontrol emosinya.

C.  Teori

          Psikoanalisa merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Psikoanalisa jelas terkait dengan tradisi jerman yang menyatakan bahwa pikiran adalah entitas yang aktif, dinamis dan bergerak dengan sendirinya. Selain itu, psikoanalisis tidak lahir dari penelitian akademis, sebagaimana sistem-sistem lain, namun merupakan produk konsekuensi terapan praktik klinis. Penyusunan obeservasi yang dilakukan freud bertujuan untuk menyusun berbagai pendekatan-pendekatan terapi yang sangat dibutuhkan. Formulasi-formulasi inilah yang diperluas ke teori psikodinamika perkembangan kepribadian yang bergantung pada pengurangan ketegangan.
                  Psikoanalisis merupakan psikologi ketidaksadaran. Perhatiannya teruju kearah bidang motivasi, emosi, konflik, simpton-simpton neurotik, mimpi-mimpi, dan sifat-sifat karakter. Psikoanalisis dahulu lahir bukan dari psikologi melainkan dari kedokteran, yakni kedokteran bidang sakit jiwa. Tokoh utama psikoanalisa ialah Sigmund Freud. Pada mulanya Freud mengembangkan teorinya tentang struktur kepribadian dan sebab-sebab gangguan jiwa. Manusia pada hakekatnya bersifat biologis, dilahirkan dengan dorongan-dorongan instingtif, dan perilaku merupakan fungsi mereaksi secara mendalam terhadap dorongan-dorongan tersebut. Manusia bersifat tidak rasional, tidak sosial, dan destruktif terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Konsep Freud yang anti rasionalisme menekankan motivasi tidak sadar, konflik, dan simbolisme sebagai konsep primer. Manusia pada hakekatnya bersifat biologis, dilahirkan dengan dorongan-dorongan instingtif, dan perilaku merupakan fungsi mereaksi secara mendalan terhadap dorongan-dorongan itu. Manusia bersifat tidak rasional dan tidak sosial, dan destruktif terhadap dirinya dan orang lain. Energi psikis yang paling dasar disebut libido yang bersumber dari dorongan seksual yang terarah kepada pencapaian kesenangan.


Ø Pokok teori
  Dalam hal ini Freud menggambarkan kepribadian manusia melalui konsep terstruktur mental(psyche) dan struktur kepribadian.
a.      Struktur mental
Struktur mental terdiri atas 3 tingkat kesadaran, yakni
1)            Kesadaran, menunjuk pada apa yang sedang kita persepsi(rasakan, pikirkan dan amati). Atau dengan kata lain kesadadran itu merupakan suatu komponen superego yang berisikan perilaku-perilaku yang mendapatkan hukuman. Misalnya, ketika kita merasakan adanya sensasi kontraksi dalam perut kita, kita mengatakan,” wah saya lapar nih !” jadi apa yang kita rasakan itu merupakan bentuk kesadaran kita.
2)            Ambang sadar, berisikan ingatan-ingatan tentang peristiwa-peristiwa masa lampau yang siap masuk ke dalam kesadaran sewaktu-waktu diperlukan. Misalnya jika seseorang bertanya kepada kita tentang nomer telepon rumah atau telepon seluler kita, hanya demgan sedikit upaya kita akan segera mampu untuk mengingat dan kemudian menjawab pertanyaan tersebut. Itu karena ingatan kita tentang nomer telepon kita berada diambang sadar.
3)            Ketidaksadaran, ditamsilkan sebagai suatu gudang dan imej-imej yang tak dapat diterima(ditolak oleh norma atau kode moral tertentu), peristiwa masa lampau, impuls-impuls dan keinginan-keinginan yang tidak kita sadari. Atau dengan kata lain ketidaksadaran itu merupakan aspek psikis( mental) yang menyimpan dorongan-dorongan yang tidak terpenuhi dan menjadi kompleks terdesak.






DAFTAR PUSTAKA


·         Darminto Eko, 2007, Teori-Teori Konseling, Unesa University Press, Surabaya.
·         Alwisol, 2009, Psikologi Kepribadian, UMM Press, Malang

Analisis Kasus Berdasarkan Aliran Psikologi



A.  Contoh Kasus

Seorang anak berinisial A mengalami suatu depresi (murung dan menarik diri) oleh penolakan terhadap peristiwa meninggal ayahnya, karena dia tidak bisa mengarahkannya kepada orang lain sehingga si-A mengarahkan rasa bersalah itu kepada dirinya sendiri.

B.   Analisa
Freud memandang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik,  mekanistik, dan reduksionistik. Dimana manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah. Freud menekankan peran naluri-naluri yang bersifat bawaan dan biologis, ia juga menekankan pada naluri seksual dan impuls-impuls agresif. Berdasarkan ilustrasi kasus, depresi (murung dan menarik diri) yang dialami konseli merupakan tindakan mekanisme pertahanan ego, karena adanya ketidak seimbangan antara id, ego dan superego, yaitu dengan melakukan represi dan penolakan terhadap peristiwa meninggal ayahnya, karena dia tidak bisa mengarahkannya kepada orang lain sehingga konseli mengarahkan rasa bersalah itu kepada dirinya sendiri.

Konselor melakukan esesmen dengan mengidentifikasi konflik-konflik bawah sadar dari konseli, meliputi: Persepsi konseli terhadap dirinya, hubungan interpersonalnya, dorongan dan dinamika psikologis yang dialami, serta bagaimana konseli mengkontrol emosinya.

C.  Teori

          Psikoanalisa merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Psikoanalisa jelas terkait dengan tradisi jerman yang menyatakan bahwa pikiran adalah entitas yang aktif, dinamis dan bergerak dengan sendirinya. Selain itu, psikoanalisis tidak lahir dari penelitian akademis, sebagaimana sistem-sistem lain, namun merupakan produk konsekuensi terapan praktik klinis. Penyusunan obeservasi yang dilakukan freud bertujuan untuk menyusun berbagai pendekatan-pendekatan terapi yang sangat dibutuhkan. Formulasi-formulasi inilah yang diperluas ke teori psikodinamika perkembangan kepribadian yang bergantung pada pengurangan ketegangan.
                  Psikoanalisis merupakan psikologi ketidaksadaran. Perhatiannya teruju kearah bidang motivasi, emosi, konflik, simpton-simpton neurotik, mimpi-mimpi, dan sifat-sifat karakter. Psikoanalisis dahulu lahir bukan dari psikologi melainkan dari kedokteran, yakni kedokteran bidang sakit jiwa. Tokoh utama psikoanalisa ialah Sigmund Freud. Pada mulanya Freud mengembangkan teorinya tentang struktur kepribadian dan sebab-sebab gangguan jiwa. Manusia pada hakekatnya bersifat biologis, dilahirkan dengan dorongan-dorongan instingtif, dan perilaku merupakan fungsi mereaksi secara mendalam terhadap dorongan-dorongan tersebut. Manusia bersifat tidak rasional, tidak sosial, dan destruktif terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Konsep Freud yang anti rasionalisme menekankan motivasi tidak sadar, konflik, dan simbolisme sebagai konsep primer. Manusia pada hakekatnya bersifat biologis, dilahirkan dengan dorongan-dorongan instingtif, dan perilaku merupakan fungsi mereaksi secara mendalan terhadap dorongan-dorongan itu. Manusia bersifat tidak rasional dan tidak sosial, dan destruktif terhadap dirinya dan orang lain. Energi psikis yang paling dasar disebut libido yang bersumber dari dorongan seksual yang terarah kepada pencapaian kesenangan.


Ø Pokok teori
  Dalam hal ini Freud menggambarkan kepribadian manusia melalui konsep terstruktur mental(psyche) dan struktur kepribadian.
a.      Struktur mental
Struktur mental terdiri atas 3 tingkat kesadaran, yakni
1)            Kesadaran, menunjuk pada apa yang sedang kita persepsi(rasakan, pikirkan dan amati). Atau dengan kata lain kesadadran itu merupakan suatu komponen superego yang berisikan perilaku-perilaku yang mendapatkan hukuman. Misalnya, ketika kita merasakan adanya sensasi kontraksi dalam perut kita, kita mengatakan,” wah saya lapar nih !” jadi apa yang kita rasakan itu merupakan bentuk kesadaran kita.
2)            Ambang sadar, berisikan ingatan-ingatan tentang peristiwa-peristiwa masa lampau yang siap masuk ke dalam kesadaran sewaktu-waktu diperlukan. Misalnya jika seseorang bertanya kepada kita tentang nomer telepon rumah atau telepon seluler kita, hanya demgan sedikit upaya kita akan segera mampu untuk mengingat dan kemudian menjawab pertanyaan tersebut. Itu karena ingatan kita tentang nomer telepon kita berada diambang sadar.
3)            Ketidaksadaran, ditamsilkan sebagai suatu gudang dan imej-imej yang tak dapat diterima(ditolak oleh norma atau kode moral tertentu), peristiwa masa lampau, impuls-impuls dan keinginan-keinginan yang tidak kita sadari. Atau dengan kata lain ketidaksadaran itu merupakan aspek psikis( mental) yang menyimpan dorongan-dorongan yang tidak terpenuhi dan menjadi kompleks terdesak.






DAFTAR PUSTAKA


·         Darminto Eko, 2007, Teori-Teori Konseling, Unesa University Press, Surabaya.
·         Alwisol, 2009, Psikologi Kepribadian, UMM Press, Malang